Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh itu sudah timbul bertahun-tahun sebelum kita, bangsa Indonesia, mengenalnya. Pengertian atau batasan PT/JJ itu berkembang dari waktu ke waktu.
Keegan (1986) mencatat perkembangan batasan yang dibuat oleh berbagai ahli Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh dan menyusunnya secara kronologis seperti diuraikan di bawah ini. Pada tahun 1967, misalnya, G. Dogmen membuat batasan mengenai PT/JJ sebagai berikut: Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh adalah sistem pendidikan yang menekankan pada cara belajar mandiri (self study).
Belajar mandiri diorganisasikan secara sistematis. Pada cara belajar
ini penyajian bahan belajar, pemberian konsultansi kepada siswa, dan
pengawasan serta jaminan keberhasilan siswa dilakukan oleh tim guru.
Masing-masing guru mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri.
Menurut dia, PT/JJ itu merupakan kebalikan dari “pendidikan langsung”
atau “pendidikan secara tatap muka antara siswa dan guru”
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa menurut Dogmen ciri-ciri PT/JJ adalah:
· ada organisasi yang mengatur cara belajar mandiri itu,
· bahan belajar disampaikan melalui media,
· tidak ada kontak langsung antara pendidik dengan peserta didik.
Pada tahun 1968, G. Mackenzie, E. Christensen, dan P. Rigby mengatakan bahwa: Sekolah
korespondensi sebagai salah satu bentuk PT/JJ merupakan metode
pembelajaran yang menggunakan korespondensi sebagai alat untuk
berkomunikasi antara peserta didik (siswa) dengan pendidik (guru).
Menurut mereka karakteristik PT/JJ adalah sebagai berikut:
· Siswa dan guru bekerja secara terpisah.
· Siswa dan guru dipersatukan melalui korespondensi.
· Perlu adanya interaksi antara siswa dan guru.
Pada
tahun 1971 di Perancis ada undang-undang yang mengatur penyelenggaraan
BT/JJ. Hukum tersebut memuat batasan sebagai berikut: Pendidikan
Terbuka/Jarak Jauh itu merupakan bentuk pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada siswanya untuk belajar secara terpisah dari gurunya.
Pertemuan antara guru dan siswa hanya dilakukan kalau ada peristiwa yang istimewa atau untuk melakukan tugas-tugas tertentu saja.
Menurut batasan di atas ada dua ciri utama yang menonjol, yaitu:
· terpisahnya guru dan siswa,
· adanya kemungkinan untuk acara pertemuan atau pelajaran secara tatap muka tertentu antara guru dan siswanya.
Pada tahun 1973 O. Peter memberikan batasan pada PT/JJ sebagai berikut: Pendidikan
Terbuka/Jarak Jauh adalah metode penyampaian ilmu, keterampilan, dan
sikap yang dipengaruhi cara-cara mengelola suatu industri. Seperti
halnya dalam industri, sistem PT/JJ dikembangkan dan dikelola dengan
mengadakan pembagian tugas yang jelas antara yang mengembangkan, yang
memproduksi, yang mendistribusikan bahan belajar,.dan yang mengelola
kegiatan belajar mengajar. Seperti halnya dalam industri, bahan belajar
yang berupa program media diproduksi dalam jumlah besar dengan
menggunakan teknologi yang maju dan kemudian didistribusikan kepada
pengguna secara luas. Bahan belajar yang diproduksi dalam jumlah besar
dengan mutu yang tinggi itu telah memberi kemungkinan
untuk membelajarkan siswa dalam jumlah besar pada saat yang sama di mana
pun mereka berada. Metode seperti itu dapat disebutkan sebagai
mengindustrialisasikan cara belajar dan mengajar.
Batasan di atas mengandung beberapa karakteristik sebagai berikut:
· digunakannya media teknologi yang diproduksi dalam jumlah besar dengan mutu yang tinggi,
· pendidikan dapat diberikan secara massal,
· yang
merancang, mengembangkan, meproduksi, membagikan bahan belajar dan yang
mengelola kegiatan belajar mengajar orang yang berbeda-beda.
Pada tahun yang sama, yaitu th 1973 dan diulang lagi pada tahun 1977, M. Moore mengajukan batasan PT/JJ sebagai berikut: Pendidikan
Terbuka/Jarak Jauh merupakan metode pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara terpisah dari kegiatan
mengajarnya, sehingga komunikasi antara siswa dan guru harus dilakukan
dengan bantuan media cetak, elektronik, mekanis, dan peralatan
lainnya. Yang menonjol dalam batasan Moore itu adalah:
· terpisahnya siswa dan guru dalam proses belajar mengajar,
· digunakannya media untuk komunikasi antara siswa dan guru.
Pada tahun 1977, B. Holmeberg memberikan batasan sebagai berikut: Dalam
sistem PT/JJ siswa belajar tanpa mendapatkan pengawasan langsung secara
terus menerus dari tutor yang hadir di ruang belajar atau di lingkungan
sekolah, namun demikian siswa mendapat keuntungan dari perencanaan,
bimbingan, dan pembelajaran dari suatu lembaga yang mengorganisasikan
PT/JJ itu. Yang menjadi fokus dari batasan Holmberg adalah:
· bahwa siswa dan guru bekerja secara terpisah,
· adanya perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh sesuatu lembaga pendidikan yang mengatur PT/JJ itu.
Setelah
tahun 1997 batasan PT/JJ itu masih terus berkembang. Ciri-ciri yang
menonjol selama masa perkembangan itu adalah terpisahnya siswa dan guru,
adanya lembaga yang mengelola, digunakannya media untuk menyampaikan
isi pelajaran, adanya komunikasi dua arah antara siswa dan guru, dan
tidak adanya kelompok belajar yang tetap. Pada tahun 1980 Peter
melontarkan kembali tambahan ciri pada PT/JJ yang mengatakan bahwa PT/JJ
seolah-olah dikelola seperti industri. Pendapat Peter ini ada yang
mendukung, tetapi juga ada yang tidak dapat menerima.
Di
antara yang menolak teori industrialisasi itu adalah Baath. Dia
mengatakan bahwa teori industrialisasi itu tidak dapat diterapkan pada
PT/JJ yang kecil, dan PT/JJ yang tidak menggunakan
bahan belajar yang diproduksi dalam jumlah besar. Karena itu batasan
Peter itu tidak dapat dimasukkan ke dalam batasan umum sistem PT/JJ.
Banyaknya
lembaga PT/JJ dan banyaknya batasan mengenai PT/JJ itu telah mendorong
para ahli untuk terus mengadakan penelitian dan analisis. Menurut Keegan
(1980) para peneliti itu pada akhirnya menyimpulkan batasan sebagai
berikut:
Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh adalah suatu bentuk pendidikan yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
· Dalam
sistem PT/JJ siswa dan guru bekerja secara terpisah sepanjang proses
belajar itu. Ini berarti bahwa siswa harus dapat belajar secara mandiri.
Bantuan belajar yang diperoleh dari orang lain sangat terbatas. Ciri
ini membedakan PT/JJ dari pendidikan konvensional yang memberikan
pelajaran secara tatap muka.
· Dalam
sistem PT/JJ ada lembaga pendidikan yang merancang dan menyiapkan bahan
belajar, serta memberikan pelayanan bantuan belajar kepada siswa.
Adanya lembaga pendidikan ini membedakan sistem PT/JJ dari proses
belajar sendiri (private study) atau teach yourself programmes.
Jadi kalau Anda membeli buku di toko dan kemudian belajar sendiri
sehingga Anda memahami benar isi buku itu, itu tidak berarti bahwa Anda
telah mengikuti sistem PT/JJ .
· Dalam
sistem PT/JJ, pelajaran (pengetahuan, keterampilan, dan sikap)
disampaikan kepada siswa melalui media seperti media cetak, radio, kaset
audio, TV, kaset video, slide, CD-ROM (program video dalam piringan
kecil) dan sebagainya. Kecuali berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan
isi pelajaran, media juga merupakan alat penghubung atau alat
komunikasi antara siswa dan guru.
· Dalam sistem PT/JJ ada usaha untuk terjadinya komunikasi dua arah antara siswa dan guru atau antara siswa dengan lembaga penyelenggara, atau antara siswa dengan siswa lain. Inisiatif untuk berkomunikasi itu bukan hanya datang dari guru atau lembaga, tetapi dapat juga datang dari siswa. Ciri ini membedakan PT/JJ dari program siaran radio atau TV pendidikan yang hanya menyiarkan program-program pendidikan tanpa menjalin hubungan dua arah dengan pendengar atau penonton.
· Dalam
sistem PT/JJ tidak ada kelompok belajar yang bersifat tetap sepanjang
masa belajarnya. Karena itu siswa PT/JJ menerima pelajaran secara
individual bukannya secara kelompok. Sekali waktu memang dapat dilakukan
pertemuan kelompok siswa yang mempelajari mata pelajaran yang sama
untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran atau sekedar
untuk bersosialisasi.
2. Pendidikan konvensional dan nonkonvensional
Dalam membicarakan PT/JJ para ahli seringkali membadingkannya dengan pendidikan konvensional (pendidikan langsung=direct education) dan pendidikan nonkonvensional (pendidikan tidak langsung=indirect education). Dalam uraian berikut ini akan dibahas perbedaan pokok antara pendidikan konvensional dan nonkonvensional.
a. Pendidikan konvensional
Pendidikan
konvensional ialah pendidikan persekolahan yang menggunakan sistem
klasikal dalam menyampaikan pelajarannya. Kay dan Rumble (1979) memberi
batasan pendidikan konvensional sebagai “proses pembelajaran berdasarkan
pelajaran klasikal yang diberikan di sekolah, universitas, akademi,
dsb. Pada sistem ini guru dan siswa secara fisik hadir di ruang kelas
pada saat yang sama.” Dalam buku kepustakaan pendidikan dikatakan bahwa:”pendidikan konvensional itu merupakan penyediaan pendidikan yang biasa (normal) dan proses pembelajarannya berlangsung secara tatap muka di ruang kelas yang ada di sekolah. Pada pendidikan konvensional terdapat ciri-ciri sebagai berikut:
· Siswa dan guru hadir di ruang yang sama di waktu yang sama untuk melaksanakan proses belajar-mengajar.
· Proses belajar-mengajar dilakukan secara tatap muka.
· Tujuan belajar, bahan belajar, dan evaluasi belajar semuanya ditentukan oleh guru.
· Dalam sistem ini guru mengajar dan siswa mengikuti pelajaran dari guru.
b. Pendidikan nonkonvensional
Pendidkan
dapat dikatakan langsung atau tidak langsung berdasarkan sesuai
tidaknya dengan pendidikan konvensional. Pendidikan yang tidak diberikan
secara tatap muka dapat disebut pendidikan tidak langsung. Pada
pendidikan jenis ini isi pelajaran (learning contents)
disampaikan melalui berbagai jenis media seperti surat, media cetak, kit
belajar, media audio visual seperti radio, tv, kaset audio, kaset
video, film, slide, pembelajaran dengan bantuan komputer, dan
sebagainya. Karena itu pendidikan tidak langsung seringkali disebut juga
pendidikan dengan perantaraan media (mediated education)
Pendidikan
dengan perantaraan media atau pendidikan tidak langsung itu sedikitnya
mempunyai dua karakteristik yang sama dengan karakteristik PT/JJ, yaitu
bahwa
· Pada
kedua sistem itu siswa dan guru tidak berada di satu ruang kelas pada
saat proses belajar terjadi. Dengan perkataan lain pelajaran tidak
disampaikan secara tatap muka.
· Pada kedua sistem itu pelajaran disampaikan dengan menggunakan perantaraan media.
Karena itu PT/JJ itu dapat digolongkan dalam pendidikan tidak langsung. Tetapi sebaliknya karena pendidikan
tidak langsung itu tidak selalu memenuhi semua ciri atau karakteristik
BT/JJ, maka pendidikan tidak langsung itu tidak identik dengan PT/JJ.
3. Berbagai model atau nama yang dipakai untuk PT/JJ
Dalam
uraian sebelumnya dapat Anda ketahui bahwa sebelum kita mengenal sistem
PT/JJ telah banyak lembaga di luar negeri yang menyelenggarakan PT/JJ.
Batasan yang mereka gunakan mempunyai penekanan yang berbeda-beda,
sebelum akhirnya dirumuskan batasan yang berlaku umum. Pada waktu itu
yang berbeda sesungguhnya bukan hanya batasannya, model dan nama-nama
yang mereka gunakan juga berbeda-beda. Berikut akan di uraikan beberapa
dari model-model itu:
a. Sekolah Korespondensi
Sekolah
Korespondensi kadang disebut Pendidikan melalui Korespondensi atau
Belajar melalui Korespondensi. Sekolah Korespondensi mempunyai riwayat
yang panjang dalam pendidikan anak-anak dan orang dewasa. Sampai
sekarang Sekolah Korespondensi dianggap masih ada, sebab masih banyak
Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh yang dikelola melalui hubungan
surat-menyurat dengan bantuan pos.
UNESCO memberi batasan Sekolah Korespondensi sebagai berikut:
“Pendidikan
yang dilakukan dengan menggunakan jasa pos tanpa adanya pertemuan tatap
muka antara guru dan siswa”. Pengajaran dilakukan melalui bahan belajar
dalam bentuk cetakan atau rekaman kaset suara yang dikirimkan kepada
siswa melalui pos. Kemajuan belajar siswa dimonitor dengan menggunakan
latihan atau tugas-tugas tertulis atau latihan yang direkam dalam kaset.
Siswa mengerjakan latihan itu menggunakan tulisan atau rekaman kaset
juga yang dikirimkan kepada guru yang ada di Pusat Lembaga PT/JJ. Guru
memeriksa pekerjaan siswa dengan memberi komentar dan saran-saran secara
tertulis atau melalui rekaman kaset. Hasil koreksi itu dikirimkan
kembali kepada siswa.
Beberapa tahun yang lalu, Sekolah Korespondensi di Australia dikelola sebagai berikut:
· Kurikulum dan bahan belajar disusun oleh guru-guru yang berkantor di lembaga yang mengelola Sekolah Korespondensi itu.
· Bahan belajar dikirimkan kepada siswa melalui pos ke rumah siswa.
· Siswa mempelajari bahan belajar itu dengan pengawasan dan bimbingan orang tua masing-masing.
· Siswa mengerjakan tugas atau latihan yang disediakan dalam bahan belajar itu.
· ekerjaan siswa dikirimkan kepada guru di Kantor Pusat Sekolah Korespondensi.
· Guru mengoreksi, memberi komentar, dan memberikan saran-saran secara tertulis pada pekerjaan siswa itu.
· Pekerjaan
siswa yang telah dikoreksi dikirimkan kembali kepada siswa. Dengan
demikian siswa akan mengetahui kemajuan belajar masing-masing.
· Pada sistem ini tidak ada tutorial. Tutorial menjadi tugas masing-masing orang tua siswa.
· Pada waktu-waktu tertentu (biasanya pada musim panas) diadakan acara “camping”
yang diikuti oleh para siswa. Pada saat itu dipelajari pelajaran yang
memerlukan praktek seperti kesenian, olah raga, pekerjaan tangan.
Di
Australia kerjasama antara PT/JJ dan Pos sangat baik. Surat-surat atau
pelajaran yang dikirimkan melalui pos tidak dipungut biaya. Untuk
memudahkan proses pengiriman, oleh Kantor Pos disediakan amplop
mondar-mandir. Sebuah amplop yang bertanda khusus digunakan berulang
kali, mondar-mandir dari guru ke siswa dan dari siswa ke guru. Sekolah
Korespondensi sangat tergantung pada jasa pos. Karena itu bila sistem
pengiriman melalui pos belum terjamin kelancarannya, sistem ini sulit
dilaksanakan.
b. Pendidikan Terbuka
Banyak
pendidikan terbuka yang diselenggarakan di berbagai negara. Mungkin
Anda pernah mendengar nama-nama pendidikan terbuka seperti SMP Terbuka,
SMA Terbuka dan Universitas Terbuka di Indonesia, Sukhothai Thammthirat Open University (STOU)
di Thailand, The British Open University di United Kingdom, The
Univeristy of Manila Open Universisty di Pilipina. Pendidikan Terbuka
ini mempunyai karakteristik umum yang sama dengan belajar terbuka/jarak
jauh (BT/JJ). Namun menurut para penyelenggara Pendidikan
Terbuka ada perbedaan yang khas antara Pendidikan Terbuka dan BT/JJ.
Apakah perbedaannya?
Seperti
halnya dalam BT/JJ, siswa Pendidikan Terbuka dapat belajar dari jauh,
maksudnya belajar jauh atau terpisah dari guru atau dosen dan mungkin
juga jauh dari lembaga penyelenggaranya. Sebagai contoh, beribu-ribu
mahasiswa Universitas Terbuka menghabiskan sebagian waktu belajarnya
untuk belajar sendiri di tempat mereka masing-masing. Mereka menghadiri
pelajaran secara tatap muka dengan dosen atau tutor hanya dalam
waktu-waktu tertentu saja. Namun demikian belajar terbuka (open
learning) atau pendidikan terbuka dapat terjadi di ruang kuliah yang
penuh dengan siswa. Menurut Race (1989), seorang siswa yang sedang
belajar sendiri dengan mempelajari buku teks, buku acuan, atau hand out
untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, dapat dikatakan
bahwa dia sedang belajar secara terbuka (open learning), sungguhpun hal
itu dilakukan dalam kelas bersama dengan siswa lain. Dengan pengertian
yang sama, belajar terbuka dapat terjadi di laboratorium, pusat
pelatihan, tempat lokakarya, dan sebagainya. Pokoknya hampir di semua
tempat belajar terbuka dapat terjadi, tidak peduli apakah pada saat itu
siswa itu menjadi bagian dari kelompok atau sendirian saja.
Konsep
di atas diterapkan dalam sistem SMP Terbuka. Setiap hari siswa wajib
belajar di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) bersama siswa lain. Namun
demikian masing-masing siswa aktif belajar sendiri secara mandiri. Di
TKB itu mereka tidak belajar dengan mendengarkan guru mengajar,
melainkan belajar sendiri dengan menggunakan modul dengan bimbingan
terbatas dari tutor yang disebut guru pamong. Sungguhpun duduk di satu
ruangan bersama dengan siswa lain, mereka boleh mempelajari modul yang
berbeda-beda.
Apakah
arti terbuka dalam konsep “pendidkan terbuka” atau “belajar terbuka”
itu? Terbuka berarti bahwa siswa atau peserta pendidikan lebih leluasa
dalam menentukan pilihan dari pada siswa pendidikan konvensional.
Leluasa dalam memilih apa?
· Siswa
atau peserta didik mempunyai keleluasaan dalam menentukan kecepatan
belajarnya. Lama waktu untuk mempelajari sesuatu penggalan isi pelajaran
(learning chunk) ditentukan oleh siswa sendiri. Keleluasaan
seperti ini tidak dimiliki oleh siswa pendidikan konvensional, sebab
dalam sistem pendidikan konvensional siswa harus menyesuaikan kecepatan
belajarnya dengan kecepatan guru dalam mengajar. Kalau dosen atau guru
memberikan penjelasan mengenai sesuatu topik terlalu lambat atau lama
siswa yang pandai harus tetap mengikutinya sungguhpun mereka telah
mengert dan menjadi bosan. Sebaliknya kalau guru mengajar terlalu cepat
siswa yang lamban harus berusaha untuk mengikutinya meskipun barangkali
mereka mendapatkan kesulitan dalam memahaminya, sehingga akibatnya dapat
menjadi frustrasi.
Walaupun
mempunyai kebebasan dalam menentukan waktu belajar, siswa pendidikan
terbuka harus dapat menentukan kecepatan atau lama waktu belajar yang
tepat. Sebab dalam pendidikan terbuka ada juga batas waktu. Pembatasan
itu ditentukan, misalnya, oleh “waktu ujian semester” , ”waktu ujian
nasional” dan sebagainya.
· Siswa
atau peserta didik mempunyai keleluasaan dalam memilih tempat belajar.
Belajar terbuka dapat dilakukan di rumah, di perpustakaan, di tempat
kerja, atau di mana saja yang dianggap tepat oleh siswa itu sendiri.
· Siswa atau peserta didik dapat menentukan sendiri waktu belajarnya, sesuai dengan kemauan dan waktu yang dimilikinya.
· Siswa
atau peserta didik dapat menentukan sendiri cara belajar yang sesuai
untuk dirinya. Siswa dapat menyusun rencana belajar dengan memilih
sebuah modul dan dipelajarinya sampai selesai dalam batas waktu
tertentu, baru kemudian pindah ke modul lain. Siswa juga bebas
menentukan apakah semua modul akan dipelajari setiap hari. Dalam hal ini
masing-masing modul diberi jatah waktu tertentu, misalnya masing-masing
60 menit. Kalau jumlah modulnya ada 4 buah, maka setiap hari belajar 4 x
60 menit=240 menit. .Siswa juga bebas menentukan media belajar yang
akan digunakannya, apakah membaca buku, melihat program video, belajar
dengan bantuan komputer, mendengarkan kaset audio, menghadiri diskusi
atau seminar, dan sebagainya.
Pengertian
terbuka seringkali juga mengacu pada kriteria penerimaan siswa. Banyak
Pendidikan Terbuka yang membebaskan calon siswa dari persyaratan masuk
atau kualifikasi dalam menerima mahasiswa baru. Di samping itu siswa
juga dapat tidak aktif untuk sementara waktu, dan kemudian aktif lagi di
lain waktu.
c. Distance Teaching, Distance Learning, dan Distance Education
Mungkin
Anda menjadi bingung bila membaca istilah-istilah yang hampir sama di
atas, lebih-lebih karena istilah-istilah tersebut seringkali digunakan secara bergantian atau tumpang tindih (interchangable)
Keegan (1986) membedakan ketiga istilah tersebut sebagai berikut.
Distance Teaching berusaha mengembangkan bahan belajar mandiri yang bermutu yang dapat digunakan oleh lembaga pendidikan untuk
memberikan pelajaran dari jauh. Orang-orang yang menggunakan istilah
ini lebih menekankan pada penyediaan bahan belajar untuk mengajar,
tetapi kurang memperhatikan bagaimana proses belajar dapat terjadi pada
diri siswa. Padahal bahan belajar yang dikembangkan dengan biaya mahal
itu kadang-kadang tidak dapat mengajarkan apa-apa, karena tidak dipakai
oleh siswa atau karena siswa tidak tahu cara memakainya. Dengan
perkataan lain istilah distance teaching itu terlalu berorientasi pada
guru (teacher oriented).
Sebaliknya Distance Learning
lebih banyak menekankan pada proses belajar siswa. Orang yang
menggunakan istilah ini banyak memikirkan mengenai bantuan-bantuan yang
perlu diberikan kepada siswa supaya mereka belajar dan dapat memahami
isi pelajarannya. Tetapi sayang orang-orang ini kurang memikirkan
bagaimana bahan belajar jarak jauh yang bermutu dan mudah dipelajari
siswa harus dikembangkan. Dengan perkataan lain istilah distance
learning terlalu berorientasi pada siswa (student oriented).
Istilah Distance Education merupakan perpaduan istilah Distance Teaching dan Distance Learning tersebut dan lebih tepat untuk digunakan. Dalam sistem Distance Education
siswa belajar secara terpisah dari guru, karena itu bahan belajar yang
digunakan harus disusun secara khusus supaya relatif lebih mudah untuk
dipelajari siswa sendiri. Bahan belajar ini tidak cukup hanya
dikembangkan oleh ahli isi pelajaran (content specialist)
sendiri saja, melainkan perlu melibatkan ahli pengembang pembelajaran,
ahli media, dsb. dalam penyusunannya. Namun perlu disadari bahwa
betapapun bahan belajar itu telah disusun supaya dapat dicerna sendiri
oleh siswa, kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa waktu belajar secara
mandiri selalu ada. Karena itu perlu adanya bantuan pelayanan dan
bantuan belajar bagi siswa. Dengan perkataan lain perlu adanya sistem
pengelolaan belajar jarak jauh yang baik supaya di samping penyediaan
bahan belajar yang baik dapat juga disediakan bantuan belajar yang
cukup.
d. External Study, Home Study dan Independent Study
Istilah-istilah ini seringkali dipakai orang untuk pengertian BT/JJ.
External Studies. External studies
adalah istilah yang dipakai secara luas di Australia. Istilah ini
menggambarkan etos Belajar Terbuka/Jarak Jauh yang dijumpai di
universitas-universitas di Australia. Istilah External Studies
mengandung arti “di luar” tetapi “tidak terpisah” dari tanggung jawab
staf dosen dari suatu universitas atau perguruan tinggi. Jelasnya staf
dosen yang sama mempunyai dua kelompok siswa yang berbeda. Kelompok pertama disebut kelompok “on campus”
adalah kelompok siswa yang belajar di kampus seperti laiknya mahasiswa
yang belajar di universitas. Kelompok kedua disebut kelompok “external” atau “off campus”.
Kelompok yang kedua ini tidak harus mengikuti kuliah di kampus tetapi
belajar sendiri di luar kampus. Namun demikian tujuan yang ingin
dicapai, dan bahan belajar yang akan dipelajari siswa external
itu perlu dikonsultasikan dan didiskusikan dengan dosen di kampus.
Dengan demikian dosen di kampus harus menyiapkan kedua kelompok
mahasiswa tadi supaya mereka dapat menempuh ujian yang sama untuk
mendapatkan gelar yang sama.
Home Study. Menurut Keegan (1986) istilah home study diciptakan pada saat para Direktur Sekolah Korespondensi mengadakan konferensi dan mendirikan asosiasi yang disebut National Home Study Council bukannya National Correspondence Study Council. Istilah Home Study ini hanya dipakai di Amerika Serikat dan hanya mengacu pada pendidikan lanjutan untuk orang dewasa. Home Study
bukan bagian dari universitas, melainkan sekolah korespondensi untuk
orang-orang dewasa di Amerika Serikat. Dalam sistem ini siswa tidak
harus belajar di sekolah atau di pusat pendidikan dan pelatihan.
Walaupun istilah yang dipakai home study, tetapi dalam
praktiknya mahasiswanya tidak selalu atau tidak hanya belajar di rumah
saja. Biasanya sebagian bahan belajar dipelajari di rumah, sebagian yang
lain dipelajari di Pusat-pusat Sumber Belajar, di perpustakaan, di
pusat-pusat pelatihan, atau di tempat-tempat lain yang dipandang sesuai
bagi mereka.
- Independent Study. Istilah ini diperkenalkan oleh Charles Wedemeyer dari Universitas Wiscounsin sebagai istilah umum untuk jenis-jenis pendidikan yang di Amerika Serikat biasa disebut sebagai “belajar melalui korespondensi, pendidikan terbuka, pengajaran melalui radio dan TV, atau belajar mandiri.” Sedangkan di Eropa jenis-jenis yang disebutkan tadi digolongkan ke dalam Belajar Terbuka/Jarak Jauh.
Istilah Independent Study
ini seringkali dipakai sebagai ganti istilah Belajar Terbuka/Jarak Jauh
di Amerika Serikat. Kelemahan istilah ini kadang-kadang ditafsirkan
sebagai ketidakterikatan pada lembaga pendidikan, Padahal Belajar
Terbuka/Jarak Jauh itu selalu terikat dan dikelola oleh suatu lembaga
pendidikan. Di Amerika Serikat sendiri orang seringkali ragu-ragu untuk
menggunakan istilah ini sebab istilah tersebut sudah sering dipakai
sebagai pengganti istilah belajar secara individual. Memang proses
belajar dalam sistem PT/JJ seringkali dilakukan secara individual,
tetapi tidak semua belajar secara individual adalah pendidikan jarak
jauh. Pada sistem belajar konvensional kadang kala siswa diminta belajar
secara individual. Tujuan dan hasil yang ingin dicapai ditentukan
melalui kontrak yang disepakati oleh dosen dan mahasiswa secara
individual.